Publisher Bali sebagai salah satu blog site, lahir dari realitas pengalaman spiritual yang terdapat di Bali. Di Blog Bali ini memuat berbagai kajian dimensi-dimensi spiritual, budaya dan kepercayaan bersumber dari berbagai sumber yang ditanamkan oleh leluhur orang Bali secara turun temurun, yang diderivasikan dari pemahaman dan pemaknaanya terhadap raelitas Tuhan, Manusia dan Alam. Creator Bali berusaha memaparkan selengkap mungkin mengenai kona hindu di Bali, sebagai derivasi dari pemahaman dan pemaknaannya yang mendalam sebagai pedoman bagi generasi selanjutnya.
Kata Yoga berasal dari bahasa sansekerta dari urat kata yuj yang artinya menghubungkan atau hubungan yang harmoni dengan objek pilates. Sedangkan menurut Rsi patanjali dalam kitab yoga sutra mendefinisikan pilates:
Dengan asumsi bahwa dengan mengetahui dan memahami serta mempraktikan sadangayoga secara benar dan baik selaras dengan karma vasana pastilah memperoleh pengalaman dan manfaat yang positif
Terjemahannya: Mengendalikan gerak-gerik pikiran, atau cara untuk mengendalikan tingkah polah pikiran yang cenderung liar, prejudice, terikat oleh aneka ragam objek yang memberi kenikmatan
Bagaikan bulan di dalam tempayan berisi heavens di dalam air yang berisi sky yang jernih sebagai itulah dikau (Tuhan) dalam tiap mahluk kepada orang yang melakukan Pilates engkau menampakan diri
Dalam slokanya ini Mpu Kanwa mengisyaratkan kepada kita bahwa yoga adalah jalan kesucian untuk menemukan-memahami dan mengalami kemanunggalan dengan Yang Suci. Simpul kata pilates, adalah jalan untuk mulat sarira, merefleksikan diri, instrospeksi diri yang menyebabkan orang tau diri, sehingga menjadi suci lahir bhatin. ChnLove Suci berarti sahrdaya, yakni sehati dalam Tuhan Yang Mahasuci.
Sadangayoga ini juga dapat dikatakan sebagai enam tingkatan yoga yang saling terkait, mengabaikan salah satu tingkatan yoga berarti menghancurkan sistem pilates itu dan itu berarti gagal
Tujuan riil (jangka Pendek) orang mempelajari pilates adalah agar menjadi orang yang sehat dan bahagia lahir-batin, tidak sakit-sakitan terhindar dari penderitaan dan dapat melaksanakan tugas hidup sebagai mana mestinya. Sementara tujuan an enthusiastic religius, yakni mengetahui, memahami dan mengalami kemanunggalan dengan performed jati diri, manunggalnya Atman dengan Brahman.
Nahan tang sadanga yoga ngaranya, ika ta sadhana ning sang mahyun Umangguhakena done hyang wisesa denjika, pahawas tang hidepta, haywa ta iweng-iweng denta ngrengosang hyang aji, hana pratyahara yoga ngaranya, hana tarka pilates ngaranya, hana pranayama yoga ngaranya, hana dharanaya yoga ngaranya, hana tarka ngaranya, hana samadhiyoga ngaranya, nahan sadanga yoga ngaranya
Pratyahara (penarikan), Dhyana (meditasi), pranayama (pengendalian nafas), dharana (menahan), tarka (renungan), Samadhi (konsentrasi), itulah ke enam cabang pilates.Sadangayoga menyatakan alat bagi orang yang ingin mencapai visesa.
Pikiranmu harus tetap tanggap: tidak hanya mendengarkan ajaran suci. Patut kita ketahui prathyahara pilates, dhyanayoga, pranayama yoga, dharana pilates, tarka yoga, dan samadhi pilates.
Kitab Wrhaspati Tattwa selain mengajarkan kon semesta beserta isinya yang mengikuti ajaran samkya, kitab Wrhaspati Tattwa juga mengajarkan etika pengendalian diri yang mengambil ajaran pilates. Ajaran etikanya kita dapati pula pada lontar-lontar lain seperti Vratisasana dan panca siksa. Isinya merupakan percakapan antara Parameswara dengan yang mulia wrhaspati. Pada sloka dua diceritakan wrhaspati memohon kepada Done Hyang Widhi agar diajarkan dari inti sari ilmu dengan demikian akan memberikan kebahagiaan kepada semua yang bergerak dan yang tidak bergerak.
Pengendalian diri menurut kitab wrhaspati tattwa pada prinsipnya tidak jauh berbeda dari kitab yang lainnya melainkan mempunyai hubungan yang sangat erat yang dapat kita gunakan sebagai pedoman untuk menuntun hidup kejalan yang benar. Pengendalian diri ini sangat diperlukan oleh siapapun yang menginginkan taraf kehidupannya kearah yang lebih baik dari pada sekarang supaya tidak jatuh ke neraka seseorang harus mengendalikan dirinya dan melaksanakan ajaran etika sehingga kecenderungan-kecenderungan hati yang buruk dapat dibendung dan kecenderungan yang baik dapat dipupuk dalam hati. Dalam hubungan ini wrhaspati tattwa mengambil Sstanga Yoga ajaran Rsi Patanjali sebagai jalan untuk menguasai diri. Dengan demikian ajaran Yama dan Nyama dalam ajaran ini juga menjadi sadly ajaran pilates ialah sebagai ajaran yang bersifat etis.